Penurunan ini dikaitkan erat dengan berhentinya atau terbatasnya aktivitas penambangan timah rakyat , yang merupakan urat nadi kehidupan bagi sebagian besar penduduk. Beberapa warga bahkan mengklaim bahwa hampir seluruh masyarakat (disebutkan hingga 90 persen ) di wilayah tersebut menggantungkan penghidupan mereka dari pasir timah.
Dampak krisis ini mulai merambat ke berbagai sektor. Warung kopi dan dagangan lain di pasar-pasar dilaporkan sepi pembeli. Yang lebih memprihatinkan, krisis ekonomi ini bahkan memicu masalah sosial, di mana sejumlah orang tua mengaku terpaksa menahan anak mereka untuk tidak bersekolah karena kesulitan biaya.
“Kami tidak minta banyak, tambang rakyat dibuka itu saja,” ujar seorang warga Mentok, Titul, yang memohon agar Pemerintah Daerah dapat memberikan solusi.
Ketergantungan masyarakat pada sektor timah yang tinggi membuat daerah ini sangat rentan terhadap perubahan kebijakan atau operasi penertiban di sektor pertambangan. Ketika aktivitas tersebut terhenti, dampaknya langsung terasa pada perputaran uang dan pendapatan harian masyarakat.
Harapan untuk Solusi Cepat
Masyarakat mendesak adanya solusi cepat dan konkrit dari pemerintah daerah untuk memulihkan perekonomian. Mereka berharap agar aktivitas yang mencakup hajat hidup orang banyak, khususnya penambangan, dapat dikelola dengan bijak, atau setidaknya diberikan ruang bagi masyarakat untuk tetap bekerja di tengah upaya penertiban.
Meskipun Pemerintah Kabupaten Bangka Barat sebelumnya sempat mencatat beberapa indikator makro yang solid, seperti tingkat kemiskinan terbuka yang rendah, namun anjloknya pendapatan dari sektor timah utama secara tiba-tiba telah menciptakan tekanan luar biasa pada tingkat rumah tangga.
Kini, seluruh mata tertuju pada langkah-langkah yang akan diambil oleh Pemerintah Kabupaten Bangka Barat untuk menstabilkan kembali roda perekonomian dan mencegah krisis ini meluas menjadi bencana sosial