Pari 80 Kg Muncul di Teluk Kelabat Dalam: Sinyal Ekosistem Pulih atau Peringatan Sebelum Keruntuhan Kedua? - LINTAS BABEL

Minggu, 23 November 2025

Pari 80 Kg Muncul di Teluk Kelabat Dalam: Sinyal Ekosistem Pulih atau Peringatan Sebelum Keruntuhan Kedua?


Teluk Kelabat Dalam, Bangka — Seekor pari raksasa seberat 80 kilogram berhasil ditangkap nelayan Teluk Kelabat Dalam pada Minggu (23/11/2025). Temuan langka ini memunculkan harapan baru sekaligus ironi lama: laut yang pernah rusak parah akibat tambang timah ilegal kini kembali menunjukkan tanda-tanda kehidupan, namun nelayan menyebut sinyal itu “bisa jadi yang terakhir” jika aktivitas tambang kembali masuk.

Pari tersebut diangkat dari perahu Alur Rezeki pada pukul 07.15 WIB. Sejumlah nelayan yang menyaksikan penangkapan itu mengaku tidak pernah melihat ikan sebesar itu sejak perairan teluk berubah keruh beberapa tahun lalu.

“Pari ini seperti pesan dari laut. Pesan bahwa ia masih hidup, tapi waktunya tidak banyak,” kata Eko Sanjaya (25), nelayan muda yang dikenal sebagai aktivis zona zero tambang.

Kemunculan pari berukuran besar biasanya menjadi indikator kesehatan ekosistem. Namun bagi Teluk Kelabat Dalam, indikator tersebut juga mengingatkan kembali kerusakan yang pernah terjadi.

Dalam beberapa tahun terakhir, teluk ini mengalami kekeruhan ekstrem akibat masuknya ponton-ponton tambang timah ilegal. Nelayan menyebut air laut sempat berubah seperti “bubur tanah”.

“Saya dulu sampai berhenti melaut. Tangan dicelup ke air saja hilang dari pandangan. Laut kehilangan warna,” kata Eko.

Kondisi itu berdampak langsung pada penurunan hasil tangkap. Ikan-ikan kecil menghilang, dan spesies besar seperti pari tak pernah lagi terlihat hingga pagi kemarin.
Nelayan yang menolak kehadiran tambang mengaku pernah menghadapi tekanan dari pihak-pihak yang mereka sebut sebagai “mafia tambang”. Beberapa di antaranya mengaku didatangi orang asing ke rumah, ditawari amplop, hingga mendapat peringatan yang membuat mereka enggan bersuara.

“Saya kehilangan rasa aman. Tapi kalau laut hilang, kami kehilangan hidup,” ujar salah satu aktivis yang menolak disebutkan namanya.

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH) dan Kejaksaan Agung sebelumnya menyatakan komitmen menindak tambang ilegal di Bangka Belitung. Namun nelayan menyebut pengawasan di Teluk Kelabat Dalam kerap bersifat musiman.

“Kalau penindakan hanya datang saat sorotan kamera menyala, ponton bisa masuk lagi kapan saja,” kata seorang nelayan senior.

Bagi nelayan, pari 80 kg yang muncul hari ini memiliki dua makna:

1. Bukti bahwa teluk masih memiliki detak kehidupan.
2. Peringatan bahwa kerusakan bisa kembali lebih cepat dari pemulihan.

“Kalau tambang masuk lagi, meski satu ponton, ekosistem tidak punya waktu untuk sembuh,” kata Eko.

Nelayan kini mempertanyakan apakah daratan: pemerintah, aparat, dan pemangku kepentingan akan menjaga tanda kehidupan ini atau membiarkan teluk kembali jatuh ke siklus kerusakan yang sama.

“Pari itu rezeki, tapi juga pesan,” ujar seorang nelayan tua.

“Kalau teluk tidak dijaga, besok kami hanya bisa cerita: dulu pernah ada pari besar datang membawa harapan.”
Comments


EmoticonEmoticon

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done